Fenomena nikah muda masih sering dijumpai di sebagian masyarakat. Ada yang menganggapnya solusi agar remaja “terhindar dari maksiat”, ada pula yang memandangnya sebagai bagian dari adat.
Padahal, menikahkan remaja sebelum matang dapat membawa dampak besar bagi masa depan mereka. Di tengah tantangan ini, remaja masjid memiliki posisi istimewa sebagai generasi yang dekat dengan nilai agama dan lingkungan positif.
Sebagai penyuluh agama, saya melihat bahwa remaja masjid dapat menjadi agen perubahan yang sangat berpengaruh dalam menolak budaya nikah muda dan mengajak teman sebaya untuk lebih siap menghadapi kehidupan.
1. Remaja Masjid Menguatkan Pemahaman Agama yang Seimbang
Banyak remaja memahami bahwa menikah adalah ibadah, tetapi belum memahami bahwa ibadah juga menuntut kesiapan.
Melalui kajian rutin, mentoring, atau obrolan ringan, remaja masjid bisa:
- menyampaikan bahwa Islam menganjurkan kesiapan mental, finansial, dan emosional sebelum menikah,
- meluruskan pemahaman bahwa “menikah muda demi menghindari zina” bukan satu-satunya solusi,
- memberikan contoh teladan bagaimana menjaga diri tanpa harus buru-buru menikah.
Pemahaman agama yang benar akan membantu remaja berpikir lebih matang tentang masa depan.
2. Menjadi Teman Diskusi bagi Remaja yang Galau Urusan Cinta
Tidak sedikit remaja yang bingung menghadapi perasaan cinta. Remaja masjid, dengan suasana komunitas yang lebih positif, bisa menjadi:
- teman curhat,
- tempat meminta pendapat,
- sahabat yang mengarahkan kepada kebaikan.
Kadang, remaja lebih nyaman mendengarkan teman sebaya daripada orang tua. Di sini, suara remaja masjid sangat penting untuk memberikan nasihat dan perspektif yang bijak.
3. Mendorong Aktivitas Positif yang Mengalihkan dari Tekanan untuk Menikah
Remaja masjid dapat menjadi pusat kegiatan yang memperkuat karakter dan kemampuan diri. Kegiatan seperti:
- pelatihan keterampilan,
- program literasi Qur’an,
- kegiatan sosial,
- klub olahraga atau seni Islami,
- kajian kepemudaan,
Semuanya membantu remaja mengisi waktu dengan produktif. Ketika remaja sibuk belajar, berkarya, dan membangun kapasitas diri, mereka tidak mudah terdorong oleh tekanan untuk menikah sebelum waktunya.
Baca Juga: Risiko Menikah Terlalu Muda menurut Ulama dan Ahli Kesehatan Reproduksi
4. Menjadi Role Model: Menunjukkan bahwa Remaja Bisa Berprestasi Tanpa Harus Menikah Muda
Keteladanan itu memengaruhi. Ketika remaja masjid menunjukkan bahwa mereka bisa:
- bersekolah tinggi,
- aktif berorganisasi,
- berprestasi,
- terlibat dalam komunitas,
- dan tetap menjaga diri,
Maka mereka sedang menunjukkan kepada lingkungan bahwa remaja bisa sukses dan tetap taat agama tanpa menikah muda. Kehadiran role model seperti ini sangat dibutuhkan oleh remaja lainnya.
5. Melakukan Kampanye Edukasi yang Dekat dengan Bahasa Remaja
Remaja masjid bisa memanfaatkan media sosial masjid untuk kampanye edukasi, misalnya:
- poster “Stop Pernikahan Anak”,
- video pendek tentang kesiapan menikah,
- konten lucu tapi bermakna tentang fenomena pacaran dan cinta remaja,
- podcast atau obrolan santai tentang kesehatan reproduksi dan masa depan.
Bahasa yang santai, modern, dan relatable akan lebih mudah diterima.
Baca Juga: Cinta Remaja: Perasaan yang Wajar, Tapi Tidak Harus Berujung pada Pernikahan
6. Menjadi Jembatan antara Penyuluh, Orang Tua, dan Remaja
Remaja masjid dapat membantu memfasilitasi kegiatan:
- penyuluhan pra-nikah untuk remaja,
- seminar kesehatan reproduksi,
- diskusi tentang masa depan pendidikan dan karier,
- pertemuan antara orang tua dan penyuluh.
Dengan adanya remaja masjid, pesan edukasi tidak hanya datang dari orang tua atau tokoh agama, tetapi juga dari teman sebaya yang mereka percayai.
-rosmala


0 Comments